Oleh: Elok Andriani
Sumber : campuspedia.id |
Memiliki kesempatan dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi adalah harapan mayoritas banyak orang. Tetapi tidak semua orang yang memiliki harapan seperti itu dapat mewujudkannya. Ada banyak kendala yang menjadi faktor penghalang ketidakrealisasikannya harapan tersebut. Entah karena keterbatasan secara finansial, pekerjaan tertentu yang tidak bisa ditinggal, kurang mendapat dukungan dari orang tua dan lain sebagainya. Walaupun belajar diperguan tinggi bukan perkara layaknya wajib belajar selama dua belas tahun, tapi kajian ini dinilai memiliki pengaruh kuat yang dapat memberikan sugesti pada yang bersangkutan. Sederhananya misal seperti ini, “jika aku kuliah di sana kayaknya…”, “tapi kalau aku kuliah di sana kayaknya lebih…”, dan berbagai prediksi lain yang diasumsikan berdasarkan “kayaknya”. Manusia memang seringkali menilai sesuatu berdasarkan apa yang ditangkap oleh pandangan mata.
Membahas ihwal perguruan tinggi dan kampus yang menjadi target untuk melanjutkan pendidikan tidak jarang membuat kita kebingungan. Umumnya, target pertama yang disasar biasanya kawasan kampus yang ada unsur “negeri-nya”. Dalam penilaian yang sederhana, perguruan tinggi negeri memang terlihat lebih keren, ditambah dengan uang pembayaran selama kuliah juga jauh lebih murah dibandingkan dengan kampus swasta, gelar yang didapat juga dianggap lebih kredibel, mencari pekerjaan lebih mudah dan lebih gampang diterima oleh perusahaan. Rupanya, paradigma tersebut memang sudah mengakar kuat dalam pandangan masyarakat luas. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa kampus negeri dinilai selalu lebih unggul daripada kampus atau universitas swasta.
Sumber : radarkediri.jawapos.com |
Sementara, perputaran zaman dan kemajuan teknologi yang tidak mengenal batas akhirnya dapat memecahkan persoalan tentang penilaian yang sempit tersebut. Kita sudah banyak mengenal kampus swasta dan kualitas yang disediakan di dalamnya juga bisa menyamaratakan dengan kampus negeri yang nyaris selalu menjadi idaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa kampus swasta bisa dikatakan sebagai “bukan kampus pelarian”. Yang perlu ditekankan dan disadari adalah tanyakan pada diri sendiri “saya mampu tidak ya, bersaing dengan mahasiswa yang dari kampus negeri itu?” Jika tetap dengan suasan yang sama, perkembangan yang juga biasa-biasa saja, barangkali yang bermasalah bukan kampusnya, tetapi dari diri kita sendiri. Jika membahas materi yang dijadikan acuan, rasa-rasanya di kampus negeri dan swasta juga tidak akan mengalami ketimpangan. Sebab, ilmu yang didapat juga tidak akan jauh berbeda. Perbedaannya hanya tempat belajar saja dan pengalaman yang didapat, baik dari pengeksploran sendiri atau dari luar.
Sejauh ini, dari penilaian calon mahasiswa ataupun oleh mahasiswa sendiri adalah minimnya kesadaran tentang pentingnya membangun kualitas SDM (sumber daya manusia). Tidak jarang, selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi justru malah membentuk karakter yang kurang baik. Padahal, seharusnya perlu adanya evaluasi diri agar membentuk karakter kuat saat menginjak status sebagai mahasiswa. Entah dari cara berorganisasi, membentuk relasi, mengenal yang dibutuhkan diri sendiri dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dari setiap kita dalam mengembangkan kualitas SDM jalannya tidak akan sama. Begitu juga dengan bekal yang diperlukan setiap individu. Jadi, tidak semua apa yang ada di sekitar kita baik untuk kebutuhan di masa yang akan datang.
Dalam satu tarikan ulasan ini dengan tegas mengatakan, bahwa kualitas seorang mahasiswa ataupun alumninya bukan semata-mata ditentukan dari kampus mana berasal. Universitas atau kampus negeri dan swasta sama-sama memberikan jaminan atas pengembangan diri, karakter, bakat-minat, dan juga kemampuan yang mendorong mahasiswa di dalamnya.
0 Komentar