Napak Tilas "Battle Of Surabaya"


Masih terngiang jelas di benak rakyat Indonesia, teriakan “MERDEKA atau MATI” oleh Bung Tomo untuk membangkitan semangat arek – arek surabaya kala itu. Pertempuran yang menyebabkan gugurnya 20 ribu jiwa rakyat surabaya ini terjadi selama ±3 minggu, yang puncaknya jatuh pada 10 November 1945 atau juga dikenal dengan nama “Battle of Surabaya”. Pada tanggal tersebut juga di kenang sebagai Hari Pahlawan Nasional. Dan atas perjuangan yang sangat luar biasa ini, presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno menetapkan Kota Surabaya menjadi Kota Pahlawan. Jika kalian berkunjung ke kota Surabaya, wajib banget untuk mengunjungi bangunan – bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan arek – arek surabaya memukul mundur pasukan sekutu dari Tanah Air Indonesia ini. Berikut bangunan-bangunan bersejarah yang kini menjadi tempat wisata di Surabaya.
 
1. Hotel Yamato

Sumber : UMKMKalbar.id

Hotel Yamato ini terletak di Jl. Tunjungan No.65, Genteng, Kec. Genteng. Hotel ini merupakan lokasi perobekan bagian berwarna biru pada bendera Belanda. Momentum ini terjadi sebagai bentuk luapan amarah rakyat surabaya lantaran bendera belanda dikibarkan pada tiang di tingkat paling atas Hotel Yamato tanpa persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia. Momentum perobekan bagian biru pada bendera Belanda ini menjadi momentum ikonik pada pertempuran 10 November, 76 tahun silam. Saat ini, Hotel Yamato telah berubah nama menjadi Hotel Majapahit Surabaya dan masih aktif beroperasi. Hotel ini dikelola oleh AccorHotels. Meski berubah nama, bentuk bangunan ini tidak berubah sama sejak awal pembangunannya, hanya ditata menjadi lebih rapi, indah, dan nyaman.

2. Museum Sepuluh November Surabaya

Sumber : travelingyuk.com

Museum Sepuluh November Surabaya ini berada di Jl. Pahlawan, Alun-alun Contong, Kec. Bubutan, tepatnya 7 meter di bawah Tugu Pahlawan. Museum ini dibangun diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000 oleh presiden ketiga RI, K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pembangunan museum ini bertujuan untuk mempelajari serta memperdalam peristiwa pertempuran 10 November. Dalam museum ini terdapat foto – foto serta lukisan – lukisan zaman peperangan. Tak hanya itu, museum ini juga menyajikan gambaran pertempuran dahsyat 10 November 1945, dalam bentuk ilustrasi diorama. Selain itu, ada juga benda – benda bukti perjuangan Bung Tomo serta koleksi peralatan yang digunakan rakyat surabaya dalam melawan sekutu.

3. Tugu Pahlawan

Sumber : wikimedia.org

Tugu Pahlawan ini terletak di Jl. Pahlawan, Alun-alun Contong, Kec. Bubutan. Tugu ini merupakan sebuah monumen yang menjadi markah atau tanda tanah Kota Surabaya. Monumen yang terletak di tengah Kota Surabaya ini bediri di atas tanah seluas 1,3 hektare dan berbentuk lingga atau paku terbalik dengan tinggi 41,15 meter. Pembangunan monumen ini memakan waktu 3 bulan 14 hari yang dimulai pada 20 Februari 1952 dan selesai pada 3 Juni 1952. Monumen ini diresmikan oleh Ir. Soekarno pada 10 November 1952. Bangunan ini didirikan untuk mengenang peristiwa 10 November 1945, sebuah pertempuran dahsyat yang memakan ribuan korban jiwa.

4. Jembatan Merah

Sumber : kly.akamaized.net

Jembatan Merah Surabaya ini berdiri di atas Sungai Kalimas. Jembatan yang terletak di Jl. Kembang Jepun No.192, Nyamplungan, Kec. Pabean Cantian menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di kawasan utara Kota Surabaya. Diberi nama “Jembatan Merah” lantaran pada pertempuran 10 November 1945, banyak korban jiwa berjatuhan di jembatan ini. Selain itu, jembatan ini juga merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu terbunuhnya pimpinan sekutu Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby. Sejak awal pembangunannya, tak banyak yang berubah dari bangunan ini. Hanya pada tahun 1890-an, pagar dari jembatan yang semula dari kayu di ganti menjadi pagar besi.

5. Gedung Grahadi

Sumber : wikimedia.org

Gedung Grahadi atau Gedung Negara Grahadi ini berada di Jl. Gubernur Suryo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng. Gedung ini memang di bangun jauh sebelum adanya pertempuran 10 November 1945. Namun, pada Oktober 1945, gedung ini dijadikan tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jenderal Hawton untuk mendamaikan antara rakyat surabaya dengan pasukan sekutu. Dan pada 9 November 1945 pukul 23.00 WIB, Gedung ini menjadi saksi bisu penolakan ultimatum menyerah tanpa syarat kepada sekutu oleh Gubernur Soerjo. Hingga kini, gedung ini masih berdiri kokoh dan dijadikan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur.

6. Penjara Kalisosok

Sumber : Jawapos.com

Penjara Kalisosok terletak di Krembangan, Surabaya ini merupakan bekas penjara pada masa penjajahan Belanda tahun 1910 hingga 1930. Gedung yang awalnya loji VOC ini pernah digunakan untuk mengurung dan menyiksa sejumlah tokoh kemerdekaan, diantaranya yaitu Soekarno, WR Soepratman, KH Mas Mansur, dan KH Hasyim Asyari. Saat ini bangunan tersebut dimiliki oleh PT Fairco Jaya Dwipa. Pemkot Surabaya sudah bertahun-tahun ingin mengambil alih bangunan cagar budaya yang dijuluki “Penjara Bawah Tanah Tersuram” tersebut. Pemkot Surabaya ingin menghidupkannya kembali menjadi objek wisata sejarah dan fasilitas publik.

7. Monumen Kapal Selam (Monkasel)

Sumber : Monkasel.id

Monumen Kapal Selam atau sering disebut Monkasel ini berada di Kawasan Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Monkasel hanya dimiliki oleh kurang dari lima negara, salah satunya Indonesia dan menjadi monumen kapal paling besar di Asia. Kapal selam yang ada di Monkasel ini adalah KRI Pasopati dengan nomor lambung 410. Kapal tipe Whiskey Class ini merupakan jenis kapal selam yang dirancang untuk bisa menyelam di laut dingin dan bertujuan untuk menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping). Kapal selam Pasopati merupakan kapal selam pertama yang masuk ke pangkalan TNI AL pada 29 Januari 1961 dan berperan dalam perjuangan merebut Irian Barat dari Belanda. Setelah tidak lagi difungsikan di lautan, dijadikanlah kapal ini sebagai monumen pada tanggal 20 Juni 1998 di Kota Surabaya karena merupakan kota pahlawan. Ketika dalam pemindahan kapal ke daratan, kapal selam dengan panjang 76,6 meter dan lebar 6,30 meter ini harus dipotong menjadi 16 bagian dan barulah dirakit di daratan.

8. Gedung Internatio

Sumber : tribunnews.com


Gedung Internatio (Internationale Crediten Handelvereeniging) terletak di Jalan Jayengrono, Surabaya. Gedung ini merupakan saksi bisu perjuangan arek-arek Surabaya pada tanggal 28-30 Oktober 1945 dalam melawan penjajah. Saat itu Gedung Internatio dijadikan markas oleh Tentara Sekutu dan terjadilah perundingan Indonesia Inggris yaitu Kontak Biro. Pimpinan Inggris, Brigjend Malaby adalah salah satu korban tembakan di Gedung Internatio. Gedung Internatio dibangun tahun 1927 oleh Biro AIA Aristech (Algemeen Ingenieur Architectenbureau) dan selesai pada tahun 1931. Arsitek pembangunan Gedung ini yaitu Ir. Frans Johan Louwrens Ghijsels. . Pada mulanya Gedung ini berfungsi sebagai salah satu tempat pengelolaan perdagangan di masa penjajahan Belanda.

9. Benteng Kedung Cowek


Benteng Kedung Cowek adalah sebuah bangunan bersejarah peninggalan pemerintahan Hindia Belanda. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai gedung peluru karena benteng ini merupakan pertahanan Belanda melawan Jepang saat Perang Pasifik dan sebagai tempat penyimpanan peluru untuk meriam-meriam besar yang ada dibalik beton benteng kokoh tersebut. Benteng ini pernah diambil alih oleh Jepang sebagai basis pertahanan laut dengan penambahan persenjataan. Pasukan Sriwijaya dari Indonesia pun juga ikut mengambil alih benteng ini untuk melakukan perlawanan terhadap kapal perang Inggris. Benteng ini terletak di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Benteng Kedung Cowek dirancang tahun 1899 dan dibangun tahun 1910. Namun ditahun 1925 pembangunan terhambat karena adanya krisis moneter. Benteng yang terdiri dari beberapa bunker ini memiliki pemandangan indah Selat Madura, Pantai Nambangan, dan Jembatan Suramadu.

10. Kampung Peneleh

Sumber : Merdeka.com

Kampung Peneleh (Lawang Seketeng) di Peneleh, Genteng, Surabaya ini merupakan kampung tertua dan sebagai saksi sejarah perjuangan hingga penganugerahan Kota Pahlawan untuk Surabaya. Kampung ini ada mulai dari masa pra-Islam, masa Islam awal, masa colonial, hingga masa pergerakan kemerdekaan. Kampung yang menjadi saksi perjalanan Surabaya, perjuangan Indonesia, bahkan ikut menghadapi pergantian zaman hingga saat ini. Kampung Peneleh menyimpan banyak artefak-artefak, dan ada juga bangunan yang masih aktif hingga sekarang yaitu makam Belanda, masjid, pasar, dan rumah-rumah bersejarah.
Tempat-tempat tersebut merupakan beberapa tempat wisata sejarah di Surabaya yang bisa kalian kunjungi. Setiap tempat akan memiliki nilai sejarahnya masing-masing. Kita sebagai penerus bangsa dapat menjaga cagar budaya Indonesia dengan baik. Semoga informasi diatas bermanfaat, Selamat Hari Pahlawan Indonesia!

Oleh : Jesicha Rahmawati dan Siti Nur Cholimah

Posting Komentar

0 Komentar